Cerita Lengkap Diogo Alves : Kepala Pembunuh Yang Di Awetkan Semenjak Tahun 1841
LiputanCherry - Pada postingan ini kita hendak mangulas tuntas salah satu pembunuh berantai di Portugal, yang bernama Diogo Alves. Ia di hukum mati pada tahun 1840 serta kepalanya di awetkan buat di cermat.
Diogo Alves
Diogo Alves ialah pembunuh berantai berkebangsaan Spanyol yang sangat di takuti pada masa itu, sebab diperkirakan ia sudah menewaskan lebih dari 70 orang dari tahun 1836 sampai tahun 1840.
Ia lahir pada tahun 1810 di Samos, Galicia, Spanyol. Diogo di lahirkan didalam keluarga petani, sehabis umurnya tiba 19 tahun, ia berangkat ke Lisbon buat bekerja yang setelah itu sebab umurnya masih muda ia di angkat jadi pelayan keluarga kaya. Tidak lama setelah itu ia menyudahi jadi pelayan serta mengubah pekerjaannya.
Tetapi sehabis berubah pekerjaan, Diogo jadi seseorang yang suka berjudi serta mabuk- mabukan. Ia pula dikenal menjalakan ikatan asmara dengan seseorang perempuan owner penginapan Palhava Maria Gertrudes. Hubungannya dengan perempuan tersebut di duga kokoh yang menginspirasi Diogo buat melaksanakan pembunuhan.
Kejahatan- Kejahatan Yang Dicoba Diogo
Sesungguhnya Diogo telah terbiasa melaksanakan kejahatan semacam Mencuri serta memalsukan kunci- kunci. Serta pada tahun 1836 di perkirakan ia mulai suka menewaskan, posisi pembunuhan favoritnya merupakan Aquedato das Aguas Livres.
Baca Juga : Peringkat Drama Serial Korea Yang Patut Ditonton
The Aquedito das Aguas Livres sendiri merupakan suatu struktur memiliki di Lisbon Portugal. Zona utamanya mencakup 18 km, namun secara totalitas sampai ke jaringan- jaringannya meluas hingga 58 km. Saluran air tersebut merupakan pemecahan Raja John V terhadap minimnya air minum yang sempat menyerang Lisbon di masa itu.
Korban pertamanya merupakan pejalan kaki yang miskin. Sehabis merampok, Diogo menutup mata korbannya yang malang, menyeret ke puncak saluran air serta langsung melemparkannya kebawah. Ketinggian puncak yang menggapai 6 puluh 5 m, membuat korban langsung mati mendadak. Diogo senantiasa melaksanakan metode pembunuhan yang sama pada 70 korban yang lain.
Atas aksinya tersebut, dia dijuluki bagaikan“ The Aqueduct Murder” ataupun Pembunuh di Saluran Air. Hebatnya pembunuhan yang di jalani oleh Diogo ini tidak dikenal serta di curigai oleh pihak berwajib.
Bisa jadi banyak dari agan- agan yang bertanya" kok dapat pembunuhan dengan metode serta pada tempat yang sama tidak dicurigai polisi serta masyarakat setempat?" Jawabannya merupakan, sebab pada waktu di masa itu Spanyol hadapi krisis ekonomi serta politik disebabkan Resolusi Liberal pada tahun 1820. Jadi banyak yang mengira kalau mayat- mayat itu merupakan orang- orang yang putus asa sebab permasalahan ekonomi serta memutuskan buat bunuh diri.
Diogo pula menyadari perihal ini serta menggunakan suasana yang lagi terjalin dikala itu buat menyembunyikan aksi pembunuhannya. Tetapi sebab banyaknya mayat yang di temukan di tempat itu, warga dekat mulai merasa curiga serta khawatir. Kesimpulannya saluran air itu di tutup serta tidak sempat di buka sepanjang sebagian tahun.
Aksi Terakhir Serta Diogo Di Eksekusi
Penutupan saluran air tersebut jadi permasalahan tertentu untuk Diogo, sebab cuma disitulah tempat dimana ia dapat menewaskan tanpa di curigai. Setelah itu ia bergeser serta membentuk geng buat membobol rumah- rumah.
Kejahatan terakhirnya merupakan dikala ia membobol rumah serta menewaskan 4 anggota keluarga seseorang dokter. Ia juga di tangkap serta di hukum ia juga di putusan hukum gantung oleh para juri. Hanya data bonus Diogo jadi kriminal terakhir kedua( kerap secara galat diklaim bagaikan yang terakhir) digantung di Portugal.
Kepala Diogo Di Awetkan Buat Di Teliti
ilmuwan dari Medical- Surgical School of Lisbon tertarik buat mempelajari struktur otak pembunuh berantai awal di Portugal itu, mereka setelah itu memenggal kepala Diogo buat di pelajari.
Kepala itu di taruh pada wadah kaca berisi cairan pengawet, pengawet yang digunakan merupakan formaldehyde. Ekspresi Diogo Alves yang di awetkan nampak begitu tenang bukan?
No comments:
Post a Comment